Selasa, 23 Desember 2008

Terima Kasih Allah.....! Akan Aku Jaga Amanah-Mu

Sabtu, 20 Desember 2008, aku memutuskan untuk tidak berangkat kerja. Biasanya, di hari itu aku bekerja setengah hari, hingga jam 14.00. penyebabnya bukan karena malas, cuaca hujan atau penghalang yang lain.


Biasanya, pagi-pagi jam enam pagi atau setengah jam sebelumnya, aku bersama istriku jalan-jalan di sekitar kampung, tepatnya di jalanan menuju Terminal Baru Pondok Cabe. Agenda rutin pagi itu terpaksa tidak kami jalani.


Istriku tidak memaksa aku untuk menemaninya jalan-jalan. Karena waktu itu, ia merasakan pinggangnya nyeri dan perutnya mules-mules. “wah, jangan-jangan ini sudah saatnya janin dalam kandungannya akan keluar,” begitu kata hatiku.


Jika memang benar, artinya mimpi yang tadi malam aku lihat akan terwujud hari itu. Ya, benar, malam hari itu aku tidur dengan nyenyak dan menyaksikan anakku telah lahir ke muka bumi ini dan melihat indahnya dunia dan siap dipeluk oleh kedua orang tuanya.


Mules dan pinggang nyeri itu terus dirasakan istriku. Setidaknya, pagi itu tiap lima menit sekali terasa mules dan nyeri di perut dan pinggang. Jam 6.30 kita berdua mengambil keputusan untuk berangkat ke rumah bersalin.


Kira-kira jam 07.00 wib kami sampai di Rumah Bersalin Marlina. Di sinilah istriku menjalani cek kehamilan rutin. Dan di RB inilah kami merencanakan persalinan. Dan Allah pun mengabulkan rencana itu.


Tiba di RB, istriku langsugn masuk ke ruang persalinan untuk melakukan pemeriksaan. “Deg-degan...” Begitulah perasaanku ketika menunggu hasil pemeriksaan. Hasilnya, kata bidan, kandungannya sudah mengalami pembukaan pertama.


Masuklah kami berdua ke kamar perawatan. Selama di ruang perawatan ia tidak henti-hentinya merasakan mules yang sangat dan nyeri pinggang yag sering datang. Paling tidak rasa itu datang 5 menit sekali. Sesuai petunjuk bidan, keluhan itu merupakan tanda-tanda akan melahirkan.


Sekitar pukul 11.00 siang, bidan melakukan pemeriksaan untuk yang kedua kali. Dan hasilnya, sudah mencapai pembukaan empat. Beberapa lama kemudian, rasa sakit itu lebih sering datang, kira-kira tiga kali dalam lima menit.


Semakin sering dan semakin sakit, katanya. Diperiksalah lagi oleh bidan. Katanya, sudah mencapai pembukaan ke enam. Kata bidan lagi, kira-kira enam jam lagi akan lahir. Eh, tak tahunya selang beberapa menit istriku sudah mulai merasakan adanya dorongan dari dalam perutnya.


Dan memang betul, setelah berbaring di atas ranjang persalinan, dorongan itu semakin kuat. Segala peralatan dipersiapkan. Tidak lupa pula, sang bidan sembari mengelus-elus dan mengurutnya pelan-pelan.


Alangkah terkejutnya dan bercampur dengan rasa takut, kepala janin sudah mulai nampak di ujung jalan keluarnya. Darah sedikit demi sedikit mengucur dari jalan keluar bayi bercampur lendir.


Beberapa kali ngeden, kira-kira tidak kurang dari 5 kali, janin itu berhasil merasakan angin dunia. Plong, pada pukul 12.53 wib, janin yang sudah 9 bulan lebih berada di rahim ibunya telah lahirdengan selamat. Alhamdulillah, demikianlah kira-kira perasaan istriku setalah anak pertamanya lahir. Dan dilihatlah, sementara saja, si jabang bayi yang masih berwarna merah dan berkalungkan usus.


Tangisan yang menjerit telah mengobati semua rasa sakit yang dirasakan istri. Dan tangisan itu telah menjadi suara kebahagiaan kami berdua. Tidak lupa aku kecup kening istriku sebagai rasa kasih dan sayangku padanya, seperti pada saat aku memberikan dukungan ketika berjuang mengeluarkan buah hatinya.


Si kecil berjenis kelamin perempuan itu sudah menjadi bagian dari kami berdua, menjadi bagian dari keluarga, bagian dari bangsa Indonesia, bagian dari umat Nabi Muhammad. Dengan berat 2,8 dan panjang 49 cm ini kami doakan menjadi puteri yang shalihah, cerdas, pembuka rizki bagi diri sendiri dan keluarga, berbakti pada kami berdua, patuh pada ajaran Tuhannya dan bermanfaat bagi bangsa, agama dan negara.


Kini, ia kami beri nama Sima Amira Mumtaza. Sima merupakan nama yang aku temukan pada hari itu juga. Sima merupakan nama seorang ratu di daerah kelahiranku, Jepara. Ia adlah Ratu Kerajaan Kalingga. Ia ratu yang adil dan bijaksana.


Adapun Amira Mumtaza adalah nama yang memang sudah kami persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Jika digabungkan, Sima Amira Mumtaza, berarti seorang pemimpin yang istimewa.


Saat ini usianya sudah lima hari, dan akan terus berkembang dan beranjak menjadi anak-anak, remaja, dewasa dan seterusnya menjadi bagian dari pembangun negeri ini. Amin.



Tidak ada komentar: