Kaya Dengan Naskah Islam Kuno
by King Syahir
Baca selengkapnya di Tabloid Khalifah Edisi 83. Beredar mulai 10 Maret 2008
Sekedar Untuk Dikenal
Kaya Dengan Naskah Islam Kuno
by King Syahir
“Tujuan saya adalah memaparkan dunia Islam dari dalam dengan harapan anda akan lebih menghormati umat Muslim, ajaran Islam, dan cara pandang Muslim atas apa yang terjadi di dunia saat ini” (Bab 1, hal: 3)
Judul Buku: Memahami Islam
Judul: The Complete Idiot’s Guide to Understanding Islam
Penulis: Yahiya Emerick
Penterjemah: Tim Penterjemah Pusat Bahasa dan Budaya Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Penerbit: PT. Ina Publikatama Jakarta 2007
Jumlah Halaman: 422
by Gus Mus
Penghormatan yang terlalu dini kepada gus inilah yang mungkin sering justru mencelakakan yang bersangkutan. Apalagi bila ternyata kemudian -setelah sampai saatnya menggantikan orang tuanya- kapasitas ilmu maupun keteladanan; budi pekertinya tidak mampu mengatrolnya, minimal mendekati kapasitas orang tuanya.
Konon istilah mula-mula muncul sebagai kesepakatan sesuatu kelompok atau kalangan tertentu. Istilah-istilah hadis, misalnya, muncul dari kesepakatan kalangan muhadditsin; istilah-istilah kesenian dari kalangan seniman; dan. seterusnya. Namun kemudian istilah-istilah yang beredar di masyarakat itu sering mengalami kerancuan pengertian.
Antara lain, karena orang seenaknya saja menggunakan istilah itu, dan tidak mau —atau tak sempat— merujuk ke sumber asalnya. Kerancuan itu ternyata membawa dampak dalam kehidupan bermasyarakat. Inilah yang terjadi dengan istilah “ulama”, “kiai” dan “mubalig”. Celakanya, yang bersangkutan -yang dengan tidak tepat disebut ulama, kiai, atau mubalig— biasanya malah mcrasa bangga dan tidak membantah. Kalaupun membantah, biasanya dengan gaya basa-basi, sehingga semakin mendukung penyebutan itu, atau setidaknya makin mengaburkan maknanya. Sebab, meskipun sebutan ulama, kiai, atau mubalig itu mengundang kehormatan dan tanggung jawab, yang segera tampak menggiurkan justru kehormatannya. Baru setelah yang bersangkutan terbukti melakukan hal yang tak sesuai dengan maqam, atau kedudukan terhormat itu, orang menjadi bingung sendiri.
Yang lebih merepotkan, istilah "ulama" yang beredar dalam masyarakat kita -seperti berbagai istilah lain- mempunyai "kelamin ganda" dan berasal tidak hanya dari satu sumber. Dalam bahasa Indonesia, ulama berarti "orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam" (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 985). Sedangkan di Arab sendiri, 'ulama (bentuk jamak dari ‘alim) hanya mempunyai arti "orang yang berilmu".
Baca Selengkapnya di Tablid Khalifah Edisi 83, Terbit 12 Maret 2008