Rabu, 29 Oktober 2008

PKS Tabuh Genderang Perang


Gerah dengan klaim tersebut, PKS berupaya untuk melangkah lebih luas yakni dengan men-cover ideologinya dengan jargon-jargon yang lebih mudah diterima oleh semua kalangan.


Menghadapi pemilu 2009 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) benar-benar mengambil cara jitu dalam menarik simpati pemilih. Salah satu cara yang diambil PKS adalah sosialisasi partai melalui iklan di televisi.


Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, partai pimpinan Tifatul Sembiring ini menayangkan sebuah iklan yang mengadopsi beberapa tokoh pahlawan nasional. Degan jelas dalam iklan tersebut menjadikan KH. Hasyim Asy’ari (pendiri NU), KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan Soekarno sebagai visual background-nya.


Banyak amatan bermunculan dalam menyikapi iklan politik tersebut. Salah satunya adalah PKS berupaya mencuri simpati dari kalangan NU. Diketahui, KH. Hasyim Asy’ari adalah tokoh nasional yang memiliki peran penting dalam berdirinya NU. Analisa serupa juga muncul ketika tokoh pendiri Muhammadiyah juga diadopsi dalam iklan tersebut. Kasarannya, PKS ingin merebut konstituen dari partai yang berafiliasi ke Muhammadiyah. Sebut saja Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Matahari Bangsa (PMB).


Tidak cukup sampai di situ, indikasi serupa juga muncul ketika tokoh proklamasi dijadikan alat politik partai yang dihuni orang-orang puritan ini. Apa lagi targetnya jika bukan untuk meraup penggemar dari kalangan abangan atau nasionalis. Diketahui basis masa ini adalah target di mana PDIP menggantungkan dulangan suaranya.


Sontak saja, iklan tersebut menuai protes keras dari para santri di NU. Diberitakan, aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) memprotes PKS agar menghentikan iklan tersebut.


Cucu ideologis KH. Hasyim Asy’ari ini tidak terima jika tokoh pahlawan nasional ini diseret-seret ke dalam ranah politik. Lebih-lebih oleh partai yang tidak pernah bersentuhan, secara ideologis, dengan NU.


Santri, modernis dan nasionalis


Sejak berdiri hingga sekarang, PKS lebih sering dicap sebagai partai yang berbasis massa Islam puritan. Ini tampak dari jargon-jargon politiknya yang selalu kental dengan simbol-simbol Islam.


Gerah dengan klaim tersebut, PKS berupaya untuk melangkah lebih luas yakni dengan men-cover ideologinya dengan jargon-jargon yang lebih mudah diterima oleh semua kalangan.


Indikasi tersebut tampak jelas ketika iklan yang menuai reaksi dari beberapa kalangan itu muncul. PKS diindaksi berupaya menjadi partai yang lebih reformis, nasionalis dan tentunya tetap religius.


Karenanya, iklan politik tersebut setidaknya diniatkan untuk mencari warna baru bagi partai. Jika pada awal berdirinya partai ini menjuluki dirinya sebagai partai dakwah, maka dengan potensi yang ada, PKS ingin meraup sesuatu yang lebih dari sekedar partai dakwah saja.


Mereka juga ingin diposisikan sebagai partainya kaum santri, modernis dan nasionalis. Tentunya, dengan target politik yang jelas yakni memboyong ketiga gelombang massa tersebut. Inilah yang kemudian disebut dengan ekspansi politik PKS.


Terlepas dari itu semua, langkah apik telah diambil oleh PKS. dan dengan cara seperti ini PKS secara tidak langsung telah menabuh genderang perang. Lawannya tidak cuma PKB, PAN atau PMB akan tetapi perahu besar yang bernama NU, Muhammadiyah dan kaum nasionalis.