Rabu, 23 April 2008

Dua Garis Merah Muda


Setiap tanggal sebelas atau dua belas, biasanya istriku (kini sudah aku panggil Bunda untuk buah hatiku nanti) haid. Tiap tanggal itu datang aku selalu sedikit resah. Biasanya, bunda kasih kabar ke aku. “Sayang, hari ini aku mulai haid,” begitu katanya setiap kali datang bulan.

“Tak usah resah. Kita telah berusaha. Allah Swt. yang menentukan semuanya,” begitu kataku membesarkan hatinya. Selain dengan mengungkapkan motovasi secara langsung, aku memberinya pengertian via sms. “Segala yang datang kepada kita adalah amanah dari-Nya. Semuanya datang pada waktunya. Mungkin, kita dalam pandangan Allah belum siap menrima amanat itu,” begitulah salah satu sms yang pernah aku kirim keistriku dari tempat kerja.

Memang, setelah menikah pada 1 September 2007 kita berdua tidak ingin menunda kehamilan. Selain kita berdua ada keluarga yang juga nyupport untuk segera punya momongan. Dan, di pihak kita sendiri mempertimbangkan umur. Aku, pada waktu menikah berusia 29 dan bunda 22. Tujuannya, biar, pada satu saat nanti anak kita sudah beranjak dewasa kita berdua masih sehat dan bugar. Dengan demikian, masih kuat mencari nafkah dan membiayai mereka (anak-anak) kami sekolah.

Oya, ke soal haidnya bunda tadi. Selama berumah tangga, hingga saat tulisan ini aku ketik, sudah berumur 8 bulan, terus saja mengalami haid. Artinya, kita berdua belum diberi tanda-tanda kehamilan. Selam itu, kita selalu berharap dan terus menanti. Sepanjang penantian kita tidak henti-hentinya ikhtiar dan berdoa. Doanya pun macam-macam, caranya juga berda-beda.

Biasanya,kita berdoa seusai shalat lima waktu yang sempat kita dirikan secara berjamaah. Misalnya, magrib, isya dan subuh. Terkadang juga tahajud, jika tubuh ini tidak capek banget. Pada hari sabtu atau minggu juga kita sempatkan jamaah. Karena aku tidak kerja. bersambung...........

Tidak ada komentar: